Putih Abu-Abu

Diposting oleh Imallarangeng

Hari ini semua siswa kelas III berkumpul di aulah sekolah. Semua terlihat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing dan tak heran jika hari ini semua siswa-siswi SMA Negeri 1 Maros hadir di sekolah karena hari ini adalah hari pengumuman lulusnya kami di bangku SMA atau tidak, banyak teman-teman yang telah merencanakan kemana mereka lanjut setelah ini, namun aku masih bingung menaruh kemana kakiku nantinya.
Di benakku hanya ada keinginan selalu dekat dengan dia dan bisa membahagiakan kedua orang tuaku yang selama ini telah merawat dan menyekolahkanku hingga saat ini meskipun dalam keadaan krisis yang melanda, namun mereka tetap berupaya memberikan yang terbaik untuk masa depanku. Tak dapat kupungkiri saat ini orang tuaku sedang susah, aku sadar mungkin tahun ini aku belum bisa merasakan pendidikan di universitas seperti teman-temanku yang lain.
Di hadapku duduk seorang wanita yang selama dua tahun terakhir ini selalu mengganggu ketenangan hatiku, seolah-olah aku terhipnotis dengan segala yang ia miliki. Dia mampu membunuh segala rasa sepi dan kekosongan di jiwaku, kebosanan yang kurasakan spontan hilang ketika bersamanya. Tak kurang dari 20 meter dia dari jarak pandangku, ternyata tak ada yang berubah dengan diriku masih saja ku seperti yang dulu selalu mencurii kesempatan untuk meliriknya. Kedengarannya memang sedikit lucu dan agak kekanak-kanakan, namun begitulah remaja yang tengah di terpah badai cinta.
Di sebelahnya ada fitri yang akan melanjutkan study di bandung, di sana dia akan menjalani hidup baru, dan jauh dari butta salewangang. Reflex aku terfikirkan ke sana karena waktu masih di bangku SMP aku ingin kuliah di kota kembang itu. Tapi aku harus sadar diri bahwa saat ini kondisi ekonomi keluargaku memburuk karena banyaknya cobaan-cobaan yang terjadi, apalagi saat ini adikku sudah hampir setahun tidak bisa melihat karena sakit. Saat ini orang tuaku betul-betul mengharapkan pengertian dariku, meskipun kata-kata itu tidak pernah keluar dari mulut mereka tapi aku bisa merasakan kesulitan yang mereka alami.
Perlahan aku berjalan dari mushollah sekolah menuju panggung aulah untuk menghampirinya. Langkah ini terasa begitu berat namun kaki ini tetap kutuntun. Sambil menundukkan kepala dan terkadang pula memandang ke depan atau melirik ke kiri dan ke kanan, maklumlah namanya saja sedang gugup.
”baru datang yah?” Kok tadi aku tak melihatmu. Sapaku dengan sedikit basa basi sambil melirik Diyah yang duduk di sebelah kanan fithri..
“Baru datang kok, kan pengumannya nanti jam satu siang jadi tidak ada salahnya kan datang agak telat dikit”.
Sambil tersenyum Fitri lalu mengambil spidol yang ada di tanganku dan menuliskan namanya di kaki bajuku.
“Aku juga mau nulis” kata Afni.
Tiba-tiba Icha berdiri “aku dulu karena lebih dekat”.
Diyah hanya tertawa melihatnya. Senyum dan tawanya sungguh memporandakkan jiwa, dia tampak semakin cantik dengan kawat gigi yang digunakannya.
“Sekarang giliran kamu”. Kata Icha sambil memberi spidol kepada Afni.
Selanjutnya menyusul Evy dan Diyah yang saat itu berada di sebalah fitri. Ini betul-betul tindakan sedikit nekad sebab kami tidak diperbolekan untuk mengotori seragam sekolah dengan tulisan dan tinta warna, karena pihak sekolah berencana menyumbangkan seragam kami ke sebuah panti asuhan agar seragam ini dapat di pakai oleh anak-anak yang kurang mampu. Tapi bagi kami ini merupakan suatu moment yang tak mungkin terlupakan untuk seumur hidup, dan mungkin kelak akan menjadi suatu bahan pembicaraan yang takkan ada habisnya bila bertemu dengan kawan semasa di SMA beberapa tahun yang akan datang. Hal pasti ini akan menjadi kenangan yang paling indah.
Aku berjalan meninggalkan halaman sekolah menuju sebuah wartel yang ada di samping sekolahku, di sana terlihat segerombolan anak sekolah yang tak lain adalah teman-temanku sendiri, dari jauh andi memanggilku untuk bergabung bersama mereka, di sana asap rokok bagaikan limbah pabrik yang tak henti-hentinya keluar menjadi polusi. Sungguh masa yang tak bisa kulupakan dalam hidupku. Aku menghampirinya dan duduk di samping yaya, di situ ada amin, bambang, awal, israq dan rais. Mereka adalah sobat-sobat yang begitu pengertian dan baik hati. Aku malah berfikir mengapa mereka tidak dilahirkan menjadi saudara kandungku saja.. aku tertawa dalam hati membanyangkan bagaimana repotnya ibu kami jika kami semua benar jadi saudara. Disampingku bambang yang sedikit egois mengeluarkan tujuh kaleng pilox, lalu dibukanya satu penutup dari kaleng itu dan di semprotkan ke bajuku, yang lainnya hanya tertawa melihatku, sebagian ada yang menghampiri bambang dan memintanya untuk menyemprotkan kebaju mereka. Tapi begitulah bambang dia malah mengejek mereka ‘enak saja minta-minta, beli dong..’ kami pun tertawa melihanya. Walaupun sedikit egois tapi bambang adalah seorang yang sangat setiakawan. Hanya saja bila bercandanya kadang sedikit kelewatan, tapi kami dapat menerima kekurangan itu. namun terkadang ada juga teman yang tidak suka dengan kelakuaanya karena mereka merasa bambang selalu mengganggunya dan tak suka dengan kelakuannya. Di kelas kami tak ada yang jadi masalah, sos one 04 memang selalu menjadi kelas yang paling kompak di antara kelas-kelas yang lain pada waktu itu dan memiliki rasa persaudaraan yang tinggi.
Waktu kini menunjukkan pukul 12.30 wita, berarti tak lebih dari 30 menit lagi kami akan mengetahui siapa-siapa saja diantara kami yang bahagia karena lulus dan yang bersedih karena kecewa. Lengkaplah sudah, bisa dibilang semua siswa kelas tiga sekarang berkumpul di depan wartel yang ada di dekat sekolah, kami bagaikan segerombolan preman yang siap tawuran antar geng yang memiliki semangat yang tak akan terkalahkan, warna-warni menghiasi pakaian kami, warna yang sungguh tak teratur dan tertata rapi. Kami memadati jalan menuju pintu gerbang sekolah, jalan pun hampir di penuhi oleh sepeda motor siswa yang telah siap pawai mengelilingi kota dan bergabung dengan sekolah lain untuk meyorakkan suara kegembiraan yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam ..
Tiba – tiba dari kejauhan aku melihat sebuah vespa berhenti di sekitar kami, ternyata dia tak lain adalah pak Samuel, Dia adalah seorang guru yang berdedikasi tinggi serta penuh dengan tanggung jawab. Dia bertanya “apa kalian ini sudah lulus sampai-sampai lansung corat-coret baju segala” suaranya terdengar begitu tajam seakan akan dia sedang marah.
Sobatku Amin menghampirinya “sekali seumur hidup pak, jadi kapan lagi kalau bukan sekarang”.
Tidak begitu jauh dari Amin suara Bambang terdengar “Pak!! Lulus tidak lulus yang penting heppyyy”.
Spontan beliau tertawa mendengarkan lawakan Amin dan Bambang, sebelum masuk ke sekolah beliau berpesan agar kami tidak boleh masuk ke sekolah dengan pakaian seperti itu jadi harus menggunakan baju kaos atau yang bersih dari warna-warna yang mengotori baju .
Dari dalam wartel terdengar alunan musik R&B yang putar oleh Yayat, ternyata tadi sebelum ke sekolah Awal menghubingi Andi via telepon agar membawa tape beserta soundnya ke sekolah. Alunan musik R&B yang di nyanyikan Britney Spears lansung mengubah suasana hati yang tadinya bosan kini menjadi lebih semangat dengan lantunan musik tersebut.
Saat itu hampir semua siswa laki-laki yang ada berdisko mengiringi irama Rnb di tengah jalan. Semua teriak dan menyorakkan kegembiraan hati mereka. Lalu keluar dari pintu gerbang sekolah beberapa orang siswa yang tengah mendorong motor, ternyata mereka siswa kelas tiga yang datang meminjam motor siswa kelas dua dan kelas satu untuk di pakai pawai. Dari kejauhan salah satu diantara mereka teriak ‘biar lebih ramai minjem motor ngak masalah’ motor lalu di parkir berderetan dengan puluhan motor yang telah ada.
Kini waktu tepat menunjukkan pukul 13.00. kami serentak berjalan menuju Halaman sekolah, tepat di depan ruangan guru kami berhenti karena takut jangan sampai kami tidak diperkenankan untuk melihat pengumuman karena di depan sana bapak kepala sekolah berdiri bersama beberapa guru lainnya. Beliau menyuruh kami untuk tenang sejenak, perlahan kami pun terdiam. Kemudian beliau menyampiakan harapan-harapan besar kepada kami, kiranya kelak kami semua akan menjadi abdi bangsa yang mampu membangun bangsa ini ujarnya, kami jangan sampai rusak dengan dunia yang akan kami jalani berikutnya, beliau berpesan kepada kami jangan sampai narkoba merusak ahlak dan masa depan kami. Terik matahari tak kami hiraukan lagi, seolah olah semangat yang berkobar dari dalam jiwa kami mampu menghalau panasnya terik itu. Serentak kami bersorak lulus..lulus..lulus.. tiba-tiba dari dalam aulah sekolah ada siswa yang teriak ‘ooiii… pengumumanya sudah ada sekarang tertempel di dinding panggung sekolah. Sungguh tak terbayangkan ekspresi kami pada saat itu, berhamburan berlari dan bersorak walaupun deg degan tak bisa kami pungkiri menghantui hati.
Setibaku ternyata panggung telah dipenuhi puluhan siswa yang berebutan ingin melihat pengumuman itu. Aku tak kuasa menahannya lagi, kuberlari dan bergabung dalam kesesakan itu, sungguh sulit untuk melihatnya karena teman-teman banyak yang menarikku dari belakang. Keheboan itu hampir terdengar di sekeliling lingkungan sekolah, sehingga siswa-siswa kelas satu dan dua yang saat itu masih belajar keluar dari kelas mereka masing-masing melihat isak tangis dan haru dari kami yang sangat bahagia yang tak terkirakan, sungguh suatu kebahagian yang tak mampu dilukiskan, seorang pelukis mahir pun rasanya tak mampu melukikan kebahagiaan kami pada saat itu.

Setelah melihat nomor ujianku ada, refleks aku teriak histeris ‘aku lulus..aku lulus..lulus
“Lulus”..
“Lulus” …
“Terima kasih ya Allah”…
“Oiiii… lulus.. lulus”…
Aku lansung melakukan sujud syukur di hadapan ratusan siswa dan guru-guru SMA 1 Maros, Aku menangis layaknya seorang bayi yang kelaparan menanti dan menanti belaian hangat dari ibunya. Teman-teman yang melihatku kemudian sujud syukur bersama. Guru-guru yang melihat kami pun ikut terharu, seakan mereka tak mampu menahan air mata kebahagiaan yang menetes di pipi mereka menyaksikan siswa-siswanya lulus dan bahagia..
Sobatku rais terlihat begitu bahagia, iya seakan tak kuasa lagi menahan kebahagiaan itu. Iya teriak memanggil ibunya “Aku lulus..lulus”..
Kemudian itu merebahkan tubuhnya di lantai dan menangis, nampaknya dia tidak perduli lagi dengan teman teman yang mengangkatnya beramai-ramai, rais memang sedikit lucu selain giginya yang lubang di tengah, badannya juga kurus kerempeng bagaikan batang bambu. Sehingga dia ringan diangkat dan sering menjadi bahan cemohan si bambang. Setelah di angkat kemudian rais di rebahkan kembali di lantai, kemudian aku datang dan menyemproti baju dan rambutnya bahkan jidatnya pun terkena pilox. Guru-guru hanya geleng kepala melihat aksi brutal kebahagian kami.
Suara bambang yang lantang dan tajam terdengar ‘pawai…sekarang kita pawai..’ semua bersorak baik laki-laki maupun perempuan lari berhamburan meninggalkan sekolah. Kami semua melangkah menuju parkiran dan berkumpul di depan wartel depan sekolah. Suara bising mulai terdengar, puluhan motor siswa telah hidup dan siap pawai mengelilingi kota lalu menuju bantimurung. Sungguh saat itu tak bisa dilupakan, semua kendaraan yang melaju di depan kami berhenti dan memberikan jalan seolah-olah yang melintasi jalan adalah pejabat teras Negara ini. Di sepanjang jalan kami teriak,bersorak dan bernyanyi. Puluhan motor melaju dengan kecepatan rata-rata 40 Km/Jam, kami hampir semuanya melakukan pelanggaran lalulintas, ada yang boncengan tiga,tidak memakai helm,mengakitbatkan macet dan lain sebagainya. Entah apa yang ada di dalam benak kami waktu itu, masyarakat yang melihat pawai kami entah beranggapan apa kepada kami. Yang ada hanya bahigia..
Yah.. suatu kebahagiaan yang tak terhingga…